Pages

Rabu, 28 November 2012

Jenis dan Cara Kerja Protokol WAN


Diagnosa WAN

Konfigurasi PPP Authentikasi PAP menggunakan Cisco Packet Tracer 5.3


6. Laporan PPP (Pap)

Kornfigurasi Frame Relay topologi real UNJANI menggunakan Packet Tracer


7. Laporan Frame Relay (Topologi Real - UNJANI)

Konfigurasi Frame Relay Topologi real Hypernet Indodata menggunakan Packet Tracer



7. Laporan Frame Relay (Topologi Real)

Konfigurasi Frame Relay dengan 3 Router di Packet Tracer


7. Laporan Frame Relay (Topologi 3 Router)

Konfigurasi PPP di Packet Tracer


6. Laporan PPP (Ppp Aja)

Konfigurasi PPP - PAP CHAP di Packet Tracer


6. Laporan PPP (Papchap)

Konfigurasi PPP di Packet Tracer


6. Laporan PPP (Kelompok)

Dedicated Router dan Perangkatnya


5. Dedicated Router

Konfigurasi STP di Packet Tracer


4. Laporan STP (Topologi Ruben & Sendir)

Konfigurasi VTP di Switch DLINK


3. Laporan VTP (Fisik-DLINK)

Konfigurasi VLAN pada Topologi Real LPPT Universitas Gajah Mada


2. Laporan VLAN UGM Topologi Real

Konfigurasi VTP di Packet Tracer



3. Laporan Vtp Simulator

Konfigurasi VLAN di Packet Tracer


2. Laporan Vlan Simulator

Konfigurasi Virtual LAN pada switch DES-3026


2. Laporan VLAN Pada Switch DLINK DES-3026

Hirarki WAN, Perangkat WAN dan Logging IN pada Switch DES-3026



1. Laporan Hirarki WAN, Logging In

Selasa, 27 November 2012

Pengertian Virtual Trunking Protocol


VLAN Trunking Protocol (VTP) merupakan fitur Layer 2 yang terdapat pada jajaran switch Cisco Catalyst, yang sangat berguna terutama dalam lingkungan switch skala besar yang meliputi beberapa Virtual Local Area Network (VLAN).


Manfaat / keuntungan :
  1. VTP meminimalkan inkonsistensi misconfigurations dan konfigurasi yang dapat menghasilkan sejumlah problems, masalah, seperti duplikat nama VLAN, VLAN benar-tipe spesifikasi, dan keamanan pelanggaran.
  2. Manfaat utama VTP adalah efisiensi yang diberikannya dalam menambah dan menghapus VLAN, sebagai serta membuat perubahan pada konfigurasi VLAN dalam lingkungan yang besar.
  3. Konfigurasi VLAN kosisten untuk seluruh network.
  4. Penjaluran dan pengawasan VLAN – VLAN dapat dilakukan dengan tepat.
  5. Pelaporan penambahan VLAN dalam network bersifat dinamis.
  6. Konfigurasi trunk pada saat penambahan VLAN bersifat dinamis.

Mode – mode operasi VTP
  1. Mode server—VTP server mempunyai kontrol penuh atas pembuatan VLAN atau pengubahan domain mereka. Semua informasi VTP disebarkan ke switch lainnya yang terdapat dalam domain tersebut, sementara semua informasi VTP yang diterima disinkronisasikan dengan switch lain. Secara default, switch berada dalam mode VTP server. Perlu dicatat bahwa setiap VTP domain paling sedikit harus mempunya satu server sehingga VLAN dapat dibuat, dimodifikasi, atau dihapus, dan juga agar informasi VLAN dapat disebarkan.
  2. Mode client—VTP client tidak memperbolehkan administrator untuk membuat, mengubah, atau menghapus VLAN manapun. Pada waktu menggunakan mode client mereka mendengarkan penyebaran VTP dari switch yang lain dan kemudian memodifkasi konfigurasi VLAN mereka. Oleh karena itu, ini merupakan mode mendengar yang pasif. Informasi VTP yang diterima diteruskan ke switch tetangganya dalam domain tersebut.
  3. Mode transparent—switch dalam mode transparent tidak berpartisipasi dalam VTP. Pada waktu dalam mode transparent, switch tidak menyebarkan konfigurasi VLAN-nya sendiri, dan switch tidak mensinkronisasi database VLAN-nya dengan advertisement yang diterima. Pada waktu VLAN ditambah, dihapus, atau diubah pada switch yang berjalan dalam mode transparent, perubahan tersebut hanya bersifat lokal ke switch itu sendiri, dan tidak disebarkan ke swith lainnya dalam domain tersebut.

VTP Domain

Terdiri dari satu atau lebih switch yang saling berhubungan. Semua switch dalam satu domain saling berbagi konfigurasi VLAN menggunakan VTP advertisement. Router atau Switch layer 3 memberikan batasan-batasan untuk setiap domain.

VTP Advertisements

VTP menggunakan advertisements untuk mendistribusikan dan mensinkronisasi konfigurasi VLAN di dalam network.

VTP Pruning

VTP pruning meningkatkan kinerja jaringan dengan membatasi banyaknya traffic yang mencari suatu device melalui link trunk. Tanpa VTP pruning, sebuah switch bisa menyebarkan broadcast, multicast, and unicast traffic kepada semua link trunk di dalam domain VTP meskipun switch yang menerimanya akan menghentikannya.

Protocol VLAN Trunking:

Ada dua protocol VLAN Trunking utama saat ini, yaitu IEEE 802.1q dan Cisco ISL. Pemilihan protocol VLAN Trunking normalnya berdasarkan piranti platform Hardware yang digunakan.
    1. IEEE 802.1q adalah standard protocol VLAN Trunking yang memberikan tagging internal kedalam frame Ethernet yang ada sekarang. Hal ini dilakukan dalam hardware dan juga meliputi kalkulasi ulang header checksumnya. Hal ini mengjinkan sebuah frame di tagging dengan VLAN dari mana datagram tersebut berasal dan menjamin bahwa frame dikirim kepada port didalam VLAN yang sama. Hal ini untuk menjaga kebocoran datagram antar VLAN yang berbeda.
    2. ISL (Inter Switch Link) memberikan suatu tagging external yang dikemas disekitar frame asalnya.
Saat menghubungkan beberapa Switch lewat sebuah Trunk perlu dipastikan bahwa kedua Switch yang terhubung VLAN Trunking tersebut mempunyai protocol VLAN Trunling yang sama. Penggunaan negosiasi automatis dari protocol VLAN Trunking adalah tidak dianjurkan karena bisa terjadi kemungkinan salah konfigurasi.

Untuk penerapan VLAN dengan Switch yang berskala besar sebuah protocol manajemen VLAN diperlukan misal VTP (VLAN Trunking Protocol). Protocol VTP memungkinkan VLAN didefinisikan sekali didalam suatu lokasi tunggal dan disinkronkan kepada Switch2 lainnya didalam administrative domain yang sama.


Penerapan VLAN setidaknya dirancang dengan sangat bagus dan mudah dimanage. Dokumentasinya haruslah sangat rapi dan akurat dan dijaga selalu update agar membantu kegiatan support jaringan. Normalnya VLAN tidaklah dianjurkan untuk jaringan kecil (kurang dari 100 user pada satu lokasi), akan tetapi untuk business dengan skala menengah dan besar , VLAN adalah sangat mendatangkan keuntungan yang besar.


Source :
http://www.sysneta.com/virtual-lan
http://antzon.wordpress.com/2007/12/24/vlan-trunking-protocol-vtp/
http://adityakyouz.wordpress.com/2010/02/14/vtp-vlan-trunking-protocol/

Protokol Frame Relay


Protocol Frame Relay

Protokol Frame Relay yaitu Packet Switcing Yang di kembangkan pada saat fasilitas-fasilitas transmisi jarak jauh digital menunjukkan rate error yang relative tinggi bila di bandingkan dengan fasilitas-fasilitas pada saat ini. Sebagai hasilnya , adanya beberapa muatan overhead yang ditambahkan ke packet switching skema untuk mengganti kesalahan.
Frame Relay adalah protokol WAN yang beroperasi pada layer pertama dan kedua dari model OSI, dan dapat diimplementasikan pada beberapa jenis interface jaringan. Frame relay adalah teknologi komunikasi berkecepatan tinggi yang telah digunakan pada ribuan jaringan di seluruh dunia untuk menghubungkan LAN, SNA, Internet dan bahkan aplikasi suara/voice.
Frame relay adalah cara mengirimkan informasi melalui wide area network (WAN) yang membagi informasi menjadi frame atau paket. Masing-masing frame mempunyai alamat yang digunakan oleh jaringan untuk menentukan tujuan. Frame-frame akan melewati switch dalam jaringan frame relay dan dikirimkan melalui “virtual circuit” sampai tujuan.


Fitur Frame Relay
Beberapa fitur frame relay adalah sebagai berikut:
  1. Kecepatan tinggi
  2. Bandwidth Dinamik
  3. Performansi yang baik/ Good Performance
  4. Overhead yang rendah dan kehandalah tinggi (High Reliability)

Perangkat Frame Relay
Sebuah jaringan frame relay terdiri dari “endpoint” (PC, server, komputer host), perangkat akses frame relay (bridge, router, host, frame relay access device/FRAD) dan perangkat jaringan (packet switch, router, multiplexer T1/E1). Perangkat-perangkat tersebut dibagi menjadi dua kategori yang berbeda:
  • DTE: Data Terminating Equipment
DTE adalah node, biasanya milik end-user dan perangkat internetworking. Perangkat DTE ini mencakup “endpoint” dan perangkat akses pada jaringan Frame Relay. DTE yang memulai suatu pertukaran informasi.
  • DCE: Data Communication Equipment
DCE adalah perangkat “internetworking” pengontrol “carrier”. Perangkat-perangkat ini juga mencakup perangkat akses, teatpi terpusat di sekitar perangkat jaringan. DCE merespon pertukaran informasi yang dimulai oleh perangkat DTE.

Virtual Circuit (VC) Frame Relay
Pengantar Virtual Circuit (VC)
Suatu jaringan frame relay sering digambarkan sebagai awan frame relay (frame relay cloud), karena jaringan frame relay network bukan terdiri dari satu koneksi fisik antara “endpoint” dengan lainnya, melainkan jalur/path logika yang telah didefinisikan dalam jaringan. Jalur ini didasarkan pada konsep virtual circuit (VC). VC adalah dua-arah (two-way), jalur data yang didefinisikan secara software antara dua port yang membentuk saluran khusur (private line) untuk pertukaran informasi dalam jaringan.Terdapat dua tipe virtual circuit (VC):
  • Switched Virtual Circuit (SVC)
  • Permanent Virtual Circuit (PVC)

Switched Virtual Circuit (SVC)
Switched Virtual Circuits (SVC), adalah koneksi sementara yang digunakan ketika terjadi transfer data antar perangkat DTE melewati jaringan Frame Relay. Terdapat empat status pada sebuah SVC:

Empat status pada SVC :
  1. Call setup
  2. Data transfer
  3. Idling
  4. Call termination


Struktur Frame
Format Frame “Frame Relay”
Dalam sebuah frame Frame Relay, paket data user tidak berubah, Frame Relay menambahkan header dua-byte pada paket. Struktur frame adalah sebagai berikut:
  • Flags - menandakan awal dan akhir sebuah frame
  • Address - terdiri dari DCLI (data link connection identifier), Extended Address (EA), C/R, dan “Congestion control information”
DLCI Value - menunjukkan nilai dari “data link connection identifier”. Terdiri dari 10 bit pertama dari “Address field”/alamat.
Extended Address (EA) - menunjukkan panjang dari “Address field”, yang panjangnya 2 bytes.
C/R - Bit yang mengikuti byte DLCI dalam “Address field”. Bit C/R tidak didefinisikan saat ini.
Congestion Control - Tiga bit yang mengontrol mekanisme pemberitahuan antrian (congestion) Frame Relay.
Data - terdiri dari data ter-encapsulasi dari “upper layer” yang panjangnya bervariasi.
FCS - (Frame Check Sequence) terdiri dari informasi untuk meyakinkan keutuhan frame.

Pendeteksi Error pada Frame Relay
Frame Relay menerapkan pendeteksi “error” pada saluran transmisi, tetapi Frame Relay tidak memperbaiki “error”. Jika terdeteksi sebuah “error”, frame akan dibuang (discarded) dari saluran transmisi. Proses seperti ini disebut :

Cyclic redundancy check (CRC)
Cyclic redundancy check (CRC) adalah sebuah skema “error-checking” yang mendeteksi dan membuang data yang rusak (corrupted). Fungsi yang memperbaiki error (Error-correction) (seperti pengiriman kembali/retransmission data) diserahkan pada protokol layer yang lebih tinggi (higher-layer).

Implementasi Frame Relay
Frame Relay dapat digunakan untuk jaringan publik dan jaringan “private” perusahaan atau organisasi.

Jaringan Publik
Pada jaringan publik Frame Relay, “Frame Relay switching equipment” (DCE) berlokasi di kantor pusat (central) perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi. Pelanggan hanya membayar biaya berdasarkan pemakain jaringan, dan tidak dibebani administrasi dan pemeliharan perangkat jaringan Frame Relay.
  
Jaringan “Private”
Pada jaringan “private” Frame Relay, administrasi dan pemeliharaan jaringan adalah tanggungjawab perusahaan (private company). Trafik Frame Relay diteruskan melalui “interface” Frame Relay pada jaringan data. Trafik “Non-Frame Relay” diteruskan ke jasa atau aplikasi yang sesuai (seperti “private branch exchange” [PBX] untuk jasa telepon atau untuk aplikasi “video-teleconferencing”).

Protokol WAN



WAN ( Wide Area Network ) merupakan sistem jaringan menghubungkan jaringan antar Local Area Network (LAN ) dengan jaringan diluar atau WAN yang tidak dibatasi daerah geografis.Pada Sistem WAN kita dapat mengakses file/data milik orang lain pada tempat lain yang cukup jauh. Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu alat untuk dapat menyalurkan paket ke jaringan public, dapat berupa switch, router maupun peralatan lain yang dapat dipergunakan untuk komunikasi data.
Jenis – jenis koneksi Protocol WAN
Untuk jenis koneksi pada protocol WAN, dapat dibagi menjadi beberapa jenis koneksi, yaitu:
  • Leased Line, yang juga disebut sebagai koneksi point to point atau dedicated.Pada koneksi ini tidak membutuhkan proses call setup untuk memulai pengiriman paket/data. Mekanisme pengiriman paket dilakukan secara Synchronous serial.
  • Circuit Switching, koneksi ini terlebih dulu membuat call setup agar memulai pengiriman paket, sebagaii contoh PSTN dan ISDN merupakan protocol WAN yang menerapkan kineksi Circuit Switching pada jaringan public atau lebih dikenal sebagai Internet. Untuk mekanisme koneksi dilakukan secara asynchronous serial.
  • Packet Switching, untuk koneksi Packet Switching kita dapat membagi bandwidth pada setiap pemakai sehingga koneksi akan lebih stabil dan dapat memanage bandwidth sesuai dengan jumlah pemakai.Packet Switching merupakan pengembangan dari Leased Line koneksi dan mekanisme koneksi nya secara Synchronous Serial.
Beberapa Protocol WAN
Saat ini terdapat beberapa protocol WAN untuk menyediakan mekanisme komunikasi pengiraman data melalui jaringan WAN atau jaringan Public.
  • Protocol HDLC ( High Level Data Link Control), merupakan suatu protocol WAN yang bekerja pada data link layer dimana HDLC protocol untuk menetapkan metode enkapsulasi packet data pada synchronous Serial.HDLC keluaran ISO memiliki kelemahan yakni masih bersifat Singelprotocol yang berarti hanya untuk komunokasi pada satu protocol, sedangkan untuk HDLC keluaran CISCO multiprotocol dimana dapat melakukan komunikasi data dengan banyak protocol ( misal IP, IPX dsb) dan protocol yang terdapat pada layer tiga secara simultan.
  • Point to Point ( PPP ) protocol pada data link yang dapat digunakan untuk komunikasi Asynchronous Serial maupun Synchronous Serial. PPP dapat melakukan authentikasi dan bersifat multiprotocol. Protocol ini merupakan pengembangan dari protocol SLIP ( Serial Line Inteface Protocol ) yaitu suatu protocol standart yang menggunakan protocol TCP/IP.
  • X.25 Protocol merupakan protocol standard yang mendefinisikan hubungan antara sebuah terminal dengan jaringan Packet Switching. Untuk protocol ini dibuat untuk komunikasi data secara analog yang berarti proses pengiriman data harus mengikuti algoritma – algoritma yang ada pada Protocol X.25. Protocol ini melakukan suatu koneksi dengan membuat suatu Circuit Virtual dimana suatu jalur khusus pada jaringan public yang dipakai untuk komunikasi data antar protocol X.25
  • Frame Relay protocol untuk pengiriiman data pada jaringan public. Sama hal nya dengan protocol x.25, Frame Relay juga memakai Circuit Virtual sebagai jalur komunikasi data khusus akan tetapi frame Relay masih lebih baik dari X.25 dengan berbagai kelengkapan yang ada pada Protocol Frame Relay. Encapsulasi packet pada Frame Relay menggunakan identitas koneksi yang disebut sebagai DLCI ( Data Link Connection Identifier ) yang mana pembuatan jalur Virtual Circuit akan ditandai dengan DLCI untuk koneksi antara komputer pelanggan dengan Switch atau router sebagai node Frame relay.
  • ISDN ( Integrated Services Digital Network ) suatu layanan digital yang berjalan melalui jaringan telepon.ISDN juga protocol komunikasi data yang dapat membawa packet data baik dalam bentuk text, gambar, suara, video secara simultan.Protocol ISDN beroperasi pada bagian physical, data link, dan network.
Perkembangan teknologi untuk protocol WAN sekarang ini begitu pesat. Standard untuk protocol jaringan seperti OSI dan CISCO mengeluarkan berbagai produk dengan keunggulan masing -masing. Sangat disayangkan kalau kita ketinggalan informasi ini.
Teknologi WAN
Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi, atau bahkan terpisahkan benua melewati batas wilayah negara satu sama lain. Koneksi antar remote jaringan ini umumnya dengan kecepatan yang sangat jauh lebih lambat dari koneksi jaringan local lewat kabel jaringan. Saat ini banyak tersedia Teknologi WAN yang disediakan oleh banyak operator penyedia layanan (ISP).
Menurut definisinya Teknologi WAN digunakan untuk:
  • Mengoperasikan jaringan area dengan batas geography yang sangat luas
  • Memungkinkan akses melalui interface serial yang beroperasi pada kecepatan yang rendah.
  • Memberikan koneksi full-time (selalu ON) atau part-time (dial-on-demand)
  • Menghubungkan perangkat2 yang terpisah melewati area global yang luas.
Teknologi WAN mendefinisikan koneksi perangkat2 yang terpisah oleh area yang luas menggunakan media transmisi, perangkat, dan protocol yang berbeda. Data transfer rate pada komunikasi WAN umumnya jauh lebih lambat dibanding kecepatan jaringan local LAN.
Teknologi WAN menghubungkan perangkat2 WAN yang termasuk didalamnya adalah:
  1. Router, menawarkan beberapa layanan interkoneksi jaringan-jaringan dan port-port interface WAN
  2. Switch, memberikan koneksi kepada bandwidth WAN untuk komunikasi data, voice, dan juga video.
  3. Modem, yang memberikan layanan interface voice, termasuk channel service units/digital service units (CSU/DSU) yang memberikan interface layanan T1/E1; Terminal Adapters/Network Termination 1 (TA/NT1) yang menginterface layanan Integrated Services Digital Network (ISDN).
  4. System komunikasi dalam teknologi WAN menggunakan pendekatan model layer OSI untuk encapsulation frame seperti halnya LAN akan tetapi lebih difocuskan pada layer Physical dan Data link.

Membuat Raid dan LVM di Ubuntu

MEMBUAT RAID LEVEL 1

membuat RAID level 1 di RHEL6 dan membuat partisi LVM
untuk kasus ini saya menggunakan software vmware yang sudah diinstall RHEL 6 didlammnya:

sebelum memulai mengcreate RAID kita harus paham terlebi dahulu dasar-dasar tentang teori RAID !!!
disini saya gak membahas pancang tentang teory RAID, klo ada yang belum paham tentang teory RAID bisa dicari di www.google.co.id,

klo dari dasar teory RIAD ada level 0, level 1, level 1+0, level 5 dan level 6
klo menurut pengetahuan gw yg selama ini gw pelajari dapat di simpulkan ada 3 metode,

  1. RAID level 0 striping adalah terdiri dari 1 atau lebih harddisk yang disatukan namun tidak ada haridsk redundant, klo menurut performance kecepatan raid level 1 lebih bagus namun jika ada salah satu hardisk yang rusak maka data-data yang ada didalamnya akan hancur
  2. kedua RAID level 1 dan 1+0 striping mirroring misal raid 1 harus mempunyai hardisk 2 hardisk yang pertama sebagai striping dan yang kedua sebagai mirroring jika salah satu hardisk ada yang rusak maka data masih aman karena masih memiliki mirror hardisk sebagai redundant begitu juga raid level 1+0 minimal memiliki 4 hardisk atau lebih harus ganjil jika 4 hardisk terpasang maka 2 hardisk sebagai striping dan 2 hardisk sebagai mirroring sebagai redundant nya jelas sekali bahwasanny metode mirroring memakan setengah space hardisk sebagai redundant ny, raid level 10 lebih boros hardisk sebagai redundant tetapi dari segi performance lebih bagus dibandingan raid level 5 dan 6.
  3. RAID level 5 dan 6 parity adalah menggunakan logika XOR di matematika, raid level 5 minimal menggunakan 3 hardisk atau lebih, misal menggunakan 3 hardisk jika hardisk yang akan terpakai space haridisk adalah 2 hardisk yang 1 hardisk lagi menjadi sebagai redundant parity, jika menggunakan 4 hardisk maka space yang tersedia 3 hardisk yang 1 nya sebagai  redundant parity dan begitu seterusnya, untuk raid level 6 tidak jauh beda dengan raid level 5 hanya hanya level 6 mempunya 2 parity beda dengan level 5 yang mempunya 1 parity, minimal penggunaan hardisk untuk level 6 adalah 4 hardisk atau lebih, untuk penggunakan redundant raid level 5 dan 6 lebih sedikit dibandingkan dengan raid level 10, tetapi performance kurang bagus dibandingan raid level 1 dan level 0

untuk selanjutnya kita akan membuat percobaan dengan menggunkan 2 hardisk virtual
device hardisk yaitu /dev/sdd dan /dev/sde

langkah pertama kita buat raid level 1 dengan perintah sebagai berikut

perintah untuk membuat raid level=1
dengan perintah sebagai berikut

# mdadm --create /dev/md2  --level=1 --raid-devices=2 /dev/sdd /dev/sde



 setelah berhasil mengcreate raid level 1 coba kita lihat status raid nya dengan perintah sebagai berikut

# mdadm --detail /dev/md2


Proses pembuatan RAID level 1 sudah berhasil !!!
jika ingin membuat raid 5 minimal mempunyai 3 hardisk dan rubah perintah perintahnya menjadi:


# mdadm --create /dev/md2  --level=5 --raid-devices=5 /dev/sdd /dev/sde  /dev/sdf

 

PEMBUATAN LVM

Setelah selesai membuat raid level 1 maka selanjutnya membuat Logical Volume Manager untuk penjelasan lengkap tentang LVM bisa di searching di www.google.co.id :D

Nah sekarng kita mempunyai device /dev/md2 yang nantinya akan dijadikan LVM, untuk device /dev/sdd dan /dev/sde sudah tidak diperlukan lagi dalam proses ini,

 prosedur dalam pembuat lvm ada 3 cara yaitu: 
  •  Buat Physical Volume
  •  Buat Volume Group
  •  Buat partisi LVM
1. Create physical group
dengan menuliskan perintah seperti ini

# pvcreate /dev/md2

  
2. Create volume group
dengan menuliska perintah


# vgcreate  vraid /dev/md2


keterangan:
vgcreate   : perintah untuk membuat volume group
vraid        : nama volume group
/dev/md2 : nama device dari physical volume yang sudah dibuat

untuk melihat status volume group bisa menggunakan perintah

# vgdisplay -v vraid




sebelum kita membuat lvm perhatikan PE size dan Total PE pada gambar diatas, Total hardisk yang kita ingin buat lvm adalah 5GB, pada display diatas terdapat angka Total PE 1279 dan PE Size 4.00 MB jika dikonfert dari PE ke GB 1279 di kali 4.00MB totalnya 5116 MB sekitaran 5 GB,

3. Create lvm
 dengan menuliskan perintah


# lvcreate -l 1279 vraid -n lvmraid








keterangan:
lvcreate : perintah untuk membuat lvm
-l          : free size PE
vraid     : nama volume group
-n         : membuat nama lvm 

setelah selesai membuat lvm maka kita lihat statusnya

# lvdisplay /dev/vraid/lvmraid

pembuatan lvm sudah selesai !!!

ups tapi tidak cukup sampai disini saja, setelah kita membuat lvm maka  filesystem untuk bisa mount ke dalam folder yang nanti bisa dipakai untuk menyimpan data.


MEMBUAT FILE SYSTEM DAN MOUNT POINT

sebelum kita membuat filesystem di lvm kita buat dulu directory di /home/lvmdata

# mkdir /home/lvmdata
# mkfs.ext4 /dev/vraid/lvmraid
# mount /dev/vraid/lvmraid /home/lvmdata
# df -h






Source : Daniel Supangkat blog





Load Balancing pada DNS Server


Server Load Balancing (SLB) disini diartikan sebagai sebuah proses dan teknologi yang mendistribusikan trafik pada beberapa server dengan menggunakan perangkat-perangkat networking. Perangkat tersebut menerima sebuah trafik dari tempat tertentu kemudian trafik tersebut diarahkan ke beberapa server lainnya. Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana terjadinya SLB :
Server Load Balancing berfungsi sebagai berikut :
  1. menerima trafik dari sebuah network misalnya web traffic dan mengarahkannya ke site tertentu.
  2. melakukan split trafik menjadi individual request dan menentukan server mana yang akan menerima individual request tersebut.
  3. memantau server dengan menyakinkan bahwa server tersebut bertanggung jawab terhadap traffik.
  4. memberikan redudansi dengan mengaktifkan server lebih dari satu unit melalui mekanisme fail-over.
  5. menawarkan distribusi content seperti pembacaan URL, interconnecting cookies, dan XML parsing.
Awal Pemakaian
Internet awalnya digunakan sebagian besar oleh para akademisi dan sangat sedikit digunakan oleh orang umum. Ketika terjadi booming internet di tahun 1995 menjadikan sebuah server tunggal tidak akan mampu mengatasi dan memproses keinginan pengguna setiap harinya apalagi sejak internet digunakan dalam dunia perdagangan dengan e-commerce dan applikasi multimedia lainnya. Disaat seperti inilah orang mulai mencari cara untuk mengatasi redudansi kinerja server terhadap traffik yang terus meningkat.
Perkembangan
Jika sebuah server telah bekerja pada batas limitnya maka seorang administrator biasanya melakukan penambahan RAM atau melakukan upgrading processor untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun hal seperti itu tidak dapat terlalu membantu. Ada saatnya walaupun kita telah melakukan setting optimal terhadap hardware dan sistem operasi yang digunakan kegagalan server mesih sering terjadi.
DNS Load Balancing
Sebelum kita mengenal teknologi SLB, seorang server administrator terlebih dahulu harus menerapkan proses Load Balancing yang dikenal dengan DNS round robin. DNS roun robin menggunakan fungsi DNS untuk menggunakan satu IP address digunakan bersama pada sebuah hostname. Setiap entry DNS diketahui sebagai record yang memetakan sebuah hostname (misalnya www.nengnong.net) ke sebuah IP Address misalnya adalah 208.185.43.202. Biasanya hanya satu IP Addresss yang diberikan untuk satu hostname. Dengan ISO DNS server, BIND 8, maka DNS entri untuk www.nengnong.net bisa dilihat seperti berikut :
www.nengnong.net IN 208.185.43.202
Dengan DNS round robin maka dimungkinkan multiple IP address digunakna pada sebuah hostname yang dapat digunakan untuk mendistribusikan trafik sehingga tidak terlalu sibuk seperti halnya hanya menggunakan satu IP Address. Singkatnya disini kita bisa melihat tiga IP Address untuk sebuah web server yakni 208.185.43.202, 208.185.43.203, dan 208.185.43.204 yang di sharing dan di gunakan oleh www.nengnong.net. Konfigurasi DNS server untuk ketiga IP Address tersebut adalah seperti berikut :
www.nengnong.net IN A 202.185.43.202
IN A 202.185.43.203
IN A 202.185.43.204
Kita bisa cek effek dari penggunaan DNS dengan nslookup, seperti berikut :
[n3]# nslookup www.nengnong.net
Server: ns1.nengnong.net
Address: 198.143.25.15
Name: www.nengnong.net
Addresses: 208.185.43.202, 208.185.43.203, 208.185.43.204
Dengan demikian distribusi trafik untuk www.nengnong.net terbagi menjadi tiga seperti pada gambar berikut :
Terlihat bahwa distribusi dengan DNS round robin sederhana, namun menggapa mesti menggunakan SLB? Alasannya adalah DNS round robin masih memiliki keterbatasan, distribusi trafik yang tidak dapat diprediksi, caching isue, dan pengukuran kesalahan yang sulit dilakukan.
DNS 101
DNS berasosiasi dengan IP address dengan sebuah hostname sehingga kita tidak perlu mengingat angka-angka yang rumit. Setiap komputer yang terhubung ke Internet harus memiliki IP Address. Ketika user mengetikan URL sebuah hostname pada Browser, maka sistem operasi akan mengirimkan queri untuk melakukan konfigurasi DNS Server terhadap hostname tersebut. DNS server tersebut biasanya tidak memberikan informasi (kecuali di cached) sehingga domain name server mencari nama domain dengan root server. Root server juga tidak memiliki informasi IP Address tapi mengetahui siapa yang memiliki kemudian memberikan laporan kepada DNS server user. Detail prosesnya dijelaskan seperti berikut :
  1. User mengetikan URL ke dalam browser
  2. Operating System melakukan DNS request untuk mengkonfigurasi DNS server.
  3. DNS server melihat apakah ada IP Address yang di cached. Jika tidak maka melakukan query pada Root Server untuk mencari informasi DNS server yang dimaksudkan.
  4. Root server kemudian membalas dengan authoritative DNS Server terhadap request dari hostname.
  5. DNS server melakukan query terhadap auhoritative DNS server dan menerima respon.
Caching
Salah satu keterbatasan pada DNS round robin adalah DNS caching. Untuk mengindari DNS Server dari banyaknya request yang sama dan menjaga utilisasi bandtwith maka DNS Server melakukan DNS caching. Selama informasi pada DNS mengalami perubahan yang tidak berarti maka akan berfungsi seperti biasa. Namun jika DNS server memberikan masukan baru pada DNS maka sistem akan mencaching entri tersebut sampai entri tersebut expired.
Distribusi Trafik
Distribusi trafik juga merupakan salah satu masalah pada DNS round robin. DNS round robin akan mendistribusikan trafik pada IP Address yang telah diberikan pada sebuah hostname. Jika ada tiga IP Address yang diberikan maka trafik akan di distribusikan ke masing-masing ketiga IP tersebut. Jika ada empat IP address yang diberikan maka trafik akan didistribusikan pada keempat IP tersebut. Namun permasalahannya distribusi trafik sangat signifikan dan tidak selalu stabil. Gambar berikut menunjukan scenario failure pada DNS berbasis load balancing.
Evolusi
Sangat jelas bahwa SLB digunakan untuk mengatasi masalah redudansi, skalabiliti, dan manajemen yang diinginkan. Web Sites saat ini terus tumbuh semakin banyak. Saat ini downtime adalah asosiasi dengan sebuah ukuran rupiah. Beberapa situs kehilangan jutaan rupiah setiap menitnya hanya karena server mengalami down. SLB dibutuhkan untuk mengatasi hal ini. Load Balancing bekerja dengan trafik yang diarahkan pada situs. Satu URL, satu IP Address, dan load lancing digunakan untuk mendistribusikannya dengan baik. SLB memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah :
Fleksibel
dengan SLB kita dapat menambah atau mengurangi jumlah server pada site kita setiap saat. Keuntungan dari sistem ini adalah perawatan pada mesin dapat dilakukan dengan benar. SLB juga dapat mengarahkan trafik pada cookies, URL parsing, algoritma statik dan dinamis dan masih banyak lagi.
Availability Tinggi
SLB dapat melakukan pengecekan status available sebuah server, mengontrol server yang tidak merespon rotasi dan mengembalikannya pada rotasi sehingga berfungsi kembali. Dilakukan secara otomatis tanpa memerlukan intervensi dari administrator.
Load balancer dimulai dari perangkat berbasis PC, tapi sekarang fungsi loadbalancing juga dapat dilakukan pada switch atau router.
Teknologi Lainnya
SLB bekerja dengan melakukan manipulasi tujuan paket jaringan untuk server. Ada beberapa teknologi lain yang dapat digunakan sama dengan SLB diantaranya adalah sebagai berikut :
Firewall Load Balancing (FWLB)
Firewall Load Balancing (FWLB) dikembangkan untuk mengatasi beberapa keterbatasan pada teknologi Firewall. Sebagian besar Firewall adalah berbasis CPU seperti mesin SPARC atau mesin x86 based. Karena prosesor memiliki keterbatasan, throughput firewall pun menjadi terbatas.Kecepatan prosesor, konfigurasi, dan beberapa metric menjadi factor kinerja firewall. Seperti pada SLB, FWLB memungkinkan implementasi beberaa firewall di sharing dan di load sama halnya seperti SLB. Namun karena trafik yang berbeda maka konfigurasi dan teknologinya pun sedikit berbeda. Konfigurasi umumnya adalah seperti berikut :
Global Server Load Balancing
Global Server Load Balancing (GSLB) juga memiliki konsep yang sama dengan SLB hanya saja digunakan untuk distribusi pada lokasi yang lebih luas. SLB bekerja pada LAN (Local Area Network), sedangkan GSLB bekerja pada Wide Area Network (WAN). Ada beberapa cara untuk mengimplemetasikan GSLB seperti DNS based dan BGP based (Border Gateway Protocol). Berikut ini adalah contoh konfigurasi dasar GSLB :
Clustering
Clustering memberikan yang sama seperti halnya pada SLB yakni memberikan availability yang tinggi dan skalabiliti dengan sedikit perbedaan. Clustering melibatkan software protocol (proprietary dari masing-masing vendor) yang berjalan pada beberapa server dengan tujuan untuk melakukan sharing load (seperti pada gambar dibawah). Cluster berada didepan beberapa server kemudian melakukan manipulasi paket pada network device dan menerima trafik kemudian membaginya pada server lainnya. Ada integrasi yang kuat dengan software server.
Referensi : Tony Bourke, Server Load Balancing, O’Rielly, 2001

Source : Denny Charter Blog

Merubah ukuran partisi hardisk di Windows 7

Berbeda dari versi sebelumnya, pada Windows 7 dan Wndows Vista sudah tersedia built-in aplikasi yang bisa digunakan untuk mem-partisi hardisk drive. Sama seperti tool yang dibuat oleh pihak ketiga (Third party software) seperti pastition magic, Easeus Partition Manager atau aplikasi lain, tools ini juga bisa digunakan untuk merubah kapasitas drive dari hard disk pada sistem operasi buatan Microsoft.
Merubah Ukuran Partisi Hard Disk di Windows 7 Image
Kita asumsikan anda ingin merubah kapasitas dari drive F, maka ikuti langkah langkah di bawah ini untuk melakukannya.
  • Pertama buka Control Panel.
  • Selanjutnya ketik “partition” (Tanpa tanda petik) pada form Search yang ada di pojok kanan atas dan lanjutkan dengan klik link “Create and format had disk partitions“.
    Merubah Ukuran Partisi Hard Disk di Windows 7 Image
  • Pada jendela Disk Management pilih partisi yang akan dirubah partisinya.
  • Klik kanan volume partisi tersebut dan pilih Shrink Volume.
    Merubah Ukuran Partisi Hard Disk di Windows 7 Image
  • Pada jendela dialog dari volume partisi, tentukan besar kapasitas dari sebuah drive. Jika ingin memperbesar kapasitas drive F, pastikan ada partisi kosong yang terletak di sebelah drive F. Jika tidak tersedia, perkecil partisi lain sehingga bisa digunakan oleh drive F.
    Merubah Ukuran Partisi Hard Disk di Windows 7 Image
  • Anda bisa juga membuat drive baru pada hard disk dengan catatan ada space kosong yang bisa digunakan. Jika tidak tersedia, bisa disiasati dengan memperkecil drive lain sehingga bisa dipakai untuk drive baru.
    Merubah Ukuran Partisi Hard Disk di Windows 7 Image
  • Jika sudah yakin dengan kapasitas partisi yang telah dibuat, klik tombol Shrink untuk mengakhiri.
Meskipun tool bisa digunakan untuk memperkecil partisi atau kapasitas drive tanpa harus kehilangan data di dalamnya, sebaiknya backup terlebih dahulu data anda sebelum menggunakan tips ini. Hal ini akan memperkecil resiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Mohon diperhatikan!
Trik ini belum bisa digunakan secara penuh jika anda menggunakan Operating System Windows 7 Starter. Harap teliti terlebih dahulu OS yang terinstall di PC atao notebook anda.
source : Fast and Cheap Blog

Mereset atribut file dan folder akibat dari virus

 Seringkali kita menggunakan flashdisk atau media portabel lainnya seperti portable harddisk misal, untuk menyimpan data dari satu komputer ke komputer lainnya. Hal ini menjadi sasaran para pembuat Virus varian lokal Indonesia untuk menyebarkan virus buatannya. Umumnya data di flashdisk akan diumpetin dengan atribut Hiden lalu dibuat file samarannya yang berupa virus dengan nama yang sama, kadang juga ditambahkan virus dengan nama file yang menarik atau ikon gambar yang membuat penasaran untuk memancing agar di-klik.

Anti-virus yang ampuh bisa saja menghilangkan virus-virus yang bercokol di flashdisk tapi file dan folder yang ngumpet tidak bisa dibalikin. Pengguna akan mengira file atau folder telah hilang, yang sebenarnya cuma tersembunyi dan hanya tampil di komputer jika pengaturan untuk menampilkan file dan folder yang hiden diaktifkan.

Pengguna windows dapat memunculkan kembali file diumpetin tersebut, reset saja atributnya, karena atribut inilah yang membuat file dan folder tersebut. Yang perlu dilakukan adalah, kenali hurup yang  diasosiasikan ke flashdisk yang tersambung, misal jadi hurup E:\ lalu melalui DOS Prompt, reset atribut semua file dan folder yang ada di dalamnya, stepnya sebagai berikut :

1. Kenali hurup Flashdisk
Sambungkan flashdisk ke komputer lalu dari My Computer lihat hurup yang terasosiasikan.
Hal ini perlu untuk langkah berikutnya.

2. Buka jendela DOS Prompt,
Dari menu STart, Run, ketik lalu Enter: CMD
Atau cari dan jalankan dari Daftar Program yang bertuliskan "Command Prompt", biasanya ada di group program Accessories.

3. Pindah path aktif DOS Prompt ke Flashdisk,
Di jendela DOS Prompt ketik lalu enter: [hurup yang diasiasikan ke flashdisk]:
perhatikan penggunaan titik dua setelah hurup yang diasiasikan ke flashdisk, misal hurupnya ada E:, maka yang harus di tekan adalah tombol berikut: E Titik-Dua Spasi Enter, maka tampilan baris terakhir sekarang seharusnya seperti pada gambar berikut;



4. Reset atribut file folder yang ada di Flashdisk.
Masih di jendela DOS Prompt, ketik lalu enter baris berikut, ikuti case hurup besar dan kecilnya, harus sesuai:

    
    attrib -s -h *.* /D /S

Reset atribut mungkin perlu waktu lama tergantung sedikit banyaknya isi flashdisk, posisi akan ke E:\> lagi setelah proses selesai
5. Berikutnya jika dibuka melalui Explorer, maka isi flashdisk akan tampil.
Jika ada file atau folder tidak tampil, kemungkinan file atau folder tersebut sudah terhapus.